Rabu, 13 Oktober 2010

Sejuta Rasa dan Pesona Pantai Jumiang



Siang itu hari yang begitu cerah. Surya seakan tiada hentinya memberikan sinar dan panas teriknya pada alam semesta. Angin bergerak selaras mengikuti arus. Namun yang berbeda bukan angin sepoi sejuk yang terasa namun, angin berselimut panas matahari. Meskipun termasuk dalam kawasan pulau Jawa, masyarakat Madura bisa dikatakan berbeda dengan kehidupan masyarakat Jawa lainnya. Hal itu dapat dilihat dari bahasa yang digunakan berbeda dengan masyarakat Jawa umumnya.

Siang itu, terdengar nyanyian lautan beralunkan nada-nada teriakan nelayan yang sedang panen rumput laut. Segala kativitas terlihat begitu alami adanya. Deruan ombak yang seakan memanggil manusia-manusia untuk senantiasa bernyanyi bersama tidak dihiraukan sama sekali.
Jejak-jejak kaki yang dulu menghiasi keindahan daratan pantai kini yang tersisa hanya gundukan-gundukan pasir yang begitu kacau terbawa ombak. Datang dan pergi membawa sisa-sisa kenangan masa jaya yang hanya bisa dilakukan lautan dengan ombaknya.
Terkesan sangat berbeda jika diperhatikan sejenak segala perubahan yang terjadi di Pantai Jumiang Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Madura. Alunan sahut menyahut antara lautan luas dengan daratan pasir kini terkesan penuh dengan konflik. Betapa sangat tragis ketika lautan yang begitu indah memamerkan daya tariknya dengan segala kekayaan isi dan keindahannya kini tak bisa dilihat kembali. Hal serupa juga dialami tetangga terdekatnya yaitu daratan pasir yang dulunya dipenuhi suka cita, canda tawa dan aktivitas kejar-kejaran antara beberapa anak kecil yang sedang bermain, tak bisa dirasakan keberadaannya.
Keindahannya seakan telah hilang luluh lantak bersama perginya ombak ke tengah lautan sana. Tak bisa di pungkiri berbagai kabar positif akan keindahan pantai Jumiang dulunya begitu terkenal kini telah redup akibat keadaan pantai yang sangat kotor, dan bangunan-bangunan yang berdiri kokoh telah rapuh karena tidak adanya perawatan dari manusia-manusia sekitar.
Keberadaan pantai Jumiang yang begitu memiliki daya eksotis yang sangat tinggi, tak dihiraukan oleh pemerintah Kabupaten Pamekasan. Tak dapat lagi menjumpai pengunjung yang bergantian datang dan pergi membawa sejuta rasa dalam batin setiap pengunjung. Muda mudi yang kian mendominasi untuk hanya sekedar datang untuk mencurahkan rasa cinta kepada pasangannya kini sepi tak tersisa.
Keadaan sekitar yang terlihat hanya aktivitas para warga sekitar yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Entah ada yang berbeda dengan apa yang mereka panen, bukan ikan yang mereka ambil dari perut laut tetapi hanya rumput laut yang terlihat. Hal itu akibat keadaan alam yang tak menentu sehingga hasil berupa ikan yang biasanya mereka panen dengan hasil yang melimpah tak satupun mereka dapatkan.
“ Dulu banyak sekali pengunjung yang datang kemari, dan keadaan Pantai Jumiang sudah jauh dari kata indah, karena tidak ada usaha untuk mengelola tempat wisata ini, dan aktivitas sehari-hari nelayan hanya mengembangbiakkan rumput laut”, tutur Asmuni.
Sungguh tak nyaman di lihat oleh indra penglihatanku ini, kotor, kacau dan tak bisa lagi di sebut tempat wisata. Pantai yang dulunya indah dan bangunan-bangunan peneduh dikala panas berdiri kini semuanya tiada. Banyaknya sampah dan bangunan yang telah bnayak hancur tak menjadi daya tarik bagi pengunjung. Perahu nelayan yang “terparkir” tak beraturan menambah kekacauan keadaan pantai Jumiang.
Sebenarnya keunggulan yang dimiliki oleh pantai Jumiang ini tidak hanya pada pantainya saja namun adanya suatu tempat yang berada tidak jauh dari pantai. Terdapat tempat menyerupai bukit tinggi yang mejulang di arah timur pantai. Sengguh bertolak belakang dengan keadaan pantai yang lebih dominan di kenal dengan panas teriknya matahari, namun bukit tersebut terasa sangat sejuk karena keberadaan pepohonan-pepohonan yang menjulang tinggi tumbuh. Hembusan angin dari arah laut kian mewarnai kesejukan di tempat itu. Tempat yang pas bagi muda mudi yang sedang merasakan sejuta rasa dalam balutan cinta yang melanda mereka. Seakan keindahan rasa cinta yang terasa dapat diwakilkan dengan keindahan yang terlihat dari atas tebing tinggi dengan hamparan luas lautan dan hilir mudiknya perahu-perahu layar.
Beban kehidupan seakan terlepas bebas terbawa angin yang berlalu lalang mengenai tubuh setiap pengunjung. Nyanyian kicauan burung-burung mungil dengan keceriaan dan aktivitas terbang berkejar-kejaran membuat keadaan yang semakin nyaman.
Perbukitan yang terjal tidak membuat pengunjung untuk mengurungi niatnya menuruni bukit itu menuju batu karang raksasa yang begitu kokoh melawan terjangan ombak laut. Terasa lengkap nyatanya ketika membayangkan segala keindahan yang tersaji di Pantai Jumiang itu.
“Keadaan alam dan pantai yang ditawarkan oleh pantai Jumiang ini sangat lengkap. Dari pantai, bukit, dan lautan lepas membuat semua itu begitu indah”, ungkap Rosi salah seorang pengunjung.
Keindahan yang terpangpang dengan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pantai Jumiang mengalahkan mitos yang berkembang dikalangan masyarakat setempat. Adanya makam yang dianggap keramat oleh masyarkat sekitar tak membuat rasa takut sedikit pun yang dirasakan pengunjung. Makam tersebut merupakan makam seseorang diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai orang sakti mandraguna yaitu Raden Adirasa.
Konon katanya ketika muda mudi berpacaran di sekitar kawasan bukit yang dekat dengan makam tersebut maka hubungan yang terjalin tidak akan bertahan lama setelah meninggalkan tempat tersebut. Namun ketika terdapat muda mudi yang sedang ingin mencurahkan rasa cintanya kepada pasangannya maka hubungannya diyakini akan awet hingga kapan pun. Mitos tersebut hingga saat ini masih kuat diyakini oleh masyarakat sekitar dan beberapa pengunjung.
Akses untuk berkunjung ke pantai Jumiang sangatlah bisa di jangkau oleh kendaraan beroda empat. Sehingga pengunjung tidak merasa kesulitan untuk pergi berkunjung ke tempat tersebut. Keberadaannya terkesan belum tersentuh oleh pemerintah kabupaten Pamekasan, sehingga keadaan tempat wisata tersebut sangat tidak terawatt sehingga banyak sekali pengunjung merasa tidak nyaman untuk mengunjungi tempat wisat tersebut.

1 komentar: