Kamis, 26 April 2012

WAKTU ADALAH . . .

Ketika aku menuliskan tulisan ini saat itu juga aku merenungi apa yang sebenarnya aku pikirkan. Awalnya aku merasa hari-hariku sangat menyenangkan dengan hanya menghabiskannya dengan main game, nonton film, jalan-jalan, dan berbagai hal yang menyenangkan.
Aku berfikir bahwa waktu harus dihabiskan dengan sesuatu yang menyenangkan. Tapi ternyata aku hanya memikirkan hal tersebut dengan cara yang sangat sempit. Hal tersebut membuatku sangat MENYESAL, melalui waktu yang sekejap sangat singkat dengan sesuatu yang tidak berguna.
Dalam “waktuKU” sungguh aku merasa sangat tidak berguna. Semuanya berlalu tanpa berarti, tanpa kesan, dan tanpa hasil. Aku sungguh merasa terlalu lama mengabaikan waktu-waktuku. Tak banyak kenangan yang bisa aku renungkan hingga akhirnya aku bisa memperbaikinya. Entah karena kemarahanku kepada seseorang, sesuatu ataupun sang ILLAHI. Yang pasti semakin ku lalui semakin berat dan semakin ingin aku melarikan diri dari masa depan.
Aku teringat ketika aku masih menginjak bangku Sekolah Dasar (SD). Saat itu hari-hariku begitu dipenuhi keinginan bermain-main. Tentu saja karena saat itu aku masih anak-anak. Tetapi yang bisa aku aku renungkan malam ini adalah ketepatan waktu. Setiap pagi menjelang subuh aku terbangun untuk melaksanakan ibadah sholat Subuh. Meski terkadang aku harus disiram dan dicubiti oleh ibuku karena tak tidak beranjak dari tidurku. Tapi yang pasti aku SELALU berangkat ke sekolah jam 6 pas setiap hari.
Kebiasaan itu bertahan hingga aku SMA. Kata TERLAMBAT sangat jauh dari kepribadianku. Aku selalu berusaha untuk tepat waktu. Karena saat itu aku berfikir “Disaat aku berangkat lebih awal, maka sesuatu yang terjadi aku yang akan mengetahuinya lebih awal.”
Tapi sayang seribu sayang meski beratus-ratus, hingga beribu-ribu kali aku lakukan itu tetap saja orang-orang akan mengatakan “Kamu Sok RAJIN” (dengan nada sinis). Apakah aneh jika nyatanya aku melakukannya lebih awal ?. apakah terlihat aneh jika lebih baik menunggu lebih awal?. Aku merasa kita terlalu lama terbelenggu oleh kenyamanan dan kemudahan yang dapat kita rasakan dengan mudah. Berhari-hari merasa begitu santai dan memandang setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan mudah.
Pepatah lain mengatakan “Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali”. Bagiku pepatah ini ibarat dinding tinggi yang menghambat kita menuju kemajuan. Bagaimana tidak, jika nyatanya sesuatu pekerjaan yang bisa kita lakukan dan selesaikan sekarang mengapa harus dikerjakan dengan waktu yang mepet. Jika memiliki waktu yang panjang mengapa tidak kita selesaikan sebelum batas waktu yang ditentukan. Pepatah tersebut membuat kita selalu dan selalu menunda-nunda pekerjaan.
Aku rasa terlalu “enteng” kita memandang semua itu. Kita seakan-akan memandang sesuatu yang benar ditempat yang salah. Misalnya saja seorang yang belajar dan selalu membaca buku dianggap sok pinter, sok rajin, dan sok-sok yang lain. Sangat tidak etis jika nyatanya hal tersebut malah akan membunuh semangat teman kita menjadi lebih baik lagi.
Yang lebih tragis lagi disaat ada teman kita meminta izin untuk melakukan ibadah terkadang kita menganggap mereka sok alim, sok agamis, dan yang paling parah ketika ada saja orang yang mengatakan “TA (Titip Absen) ya!!!”. Hem…emangnya lu pikir ALLAH sama kayak Guru/Dosen (Manusia) ?. Harusnya dengan fenomena tersebut hati kita bisa terbuka untuk ikut melakukan hal yang terbaik pula.
Ketika kuungkapkan kepada teman-teman sekitar begitu berartinya waktu itu mereka seakan tidak begitu peduli. Mencoba tepat waktu adalah hal yang tersulit selama aku Kuliah. Setiap organisasi yang aku masuki semuanya seakan sama saja, lebih suka mengerjakan pekerjaan mepet-mepet waktu. Sehingga sudah dapat ditebak pekerjaannya pun tidak begitu memuaskan.
Seringkali ku ingatkan untuk sesekali bisa tepat waktu. Dan terkadang aku harus membanding-bandingkan mereka dengan masyarakat Jepang yang menurutku lebih bisa menghargai waktu. Kalau boleh aku memberi sedikit kesimpulan “Hargailah waktu jika kamu ingin dihargai oleh apapun dan siapapun”.
Waktu itu ibarat nyawa. Jika sudah hilang maka tidak akan kembali. Sedikit sekali orang-orang dapat memikirkannya. Mereka terbuai oleh kesenangan, kegalauan, dan berbagai hal yang membuat mereka lupa akan berartinya waktu mereka.
Beberapa waktu ini aku merenungkan waktu yang seakan-akan seperti pedang. Sewaktu-waktu bisa membunuh kita karena ketidak berdayaan kita melaluinya dengan lebih bermanfaat dan berguna. Akan tetapi waktu juga bisa menjadi alat pelindung dan membela diri dari keterpurukan dan kehancuran yang melanda ketika kita bisa memanfaatkan waktu untuk memperbaiki sesuatu yang sia-sia menjadi sesuatu yang sangat berarti.
Saat ini entah bagaimana aku harus melawan waktu yang semakin membuatku tenggelam dalam keterpurukan. Aku semakin takut untuk melanjutkan hidup. Aku takut menatap masa depan.
Di lain pihak pikiranku yang lain mencoba melawannya. Sudah terlalu lama aku menjalani hidup ini dalam bayang-bayang ketakutan, rasa-rasanya sayang jika harus aku akhiri dengan keterpurukan dan kehancuran. Aku harus kembali pada jalur yang seharusnya aku lalui dengan rute yang sudah aku rencanakan untuk menuju tujuan yang ingin aku capai. Sangat sayang jika orang-orang tercinta merasa kecewa melihat kita hidup dalam ketidakberdayaan. Sungguh begitu kecewanya Sang Illahi, dan Rasulullah melihat umatnya terlalu lama menyia-nyiakan waktu. Sudah saatnya bangkit dari jurang dalam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar