Aku sangat
menyadari ketakutanku kali ini sangat menyidihkan dan memalukan. Belum
melakukan sudah merasa takut inilah itulah, toh sebenarnya semua itu belum
tentu akan terjadi. Tapi aku memahaminya sebagai dinamika hidup yang akan selalu
mengalami pasang surut selayaknya air laut. Aku tahu apa yang telah aku lakukan
telah membuat banyak orang kecewa padaku. Tak sedikitpun dalam batin maupun
benakku terfikir bahwa akan melakukan kebodohan ini.
Menunda-nunda sungguh
membuatku terlatih menjadi orang malas dan tak bergairah melakukan sesuatu.
Tidak ada misi dan visi yang jelas ketika setiap hal yang akan dilakukan selalu
ditunda. Jika nyatanya sekarang, detik ini kamu bersemangat maka lakukanlah,
jangan menunda-nunda karena belum tentu juga nantinya kalian akan mendapatkan
Feel yang sama seperti saat ini.
Aku masih ingat
dulu ketika masih duduk di tingkat SD, SMP dan SMA. Saat itu, disiplin sangat
diterapkan oleh ibuku kepada anak-anaknya. Misalnya saja ketika berangkat
sekolah harus pukul 06.00, tidak seperti anak lainnya yang biasa berangkat
maksimal pukul 06.45. Bagi Ibuku membiasakan hidup disiplin adalah sebuah
keharusan, karena kualitas kita sebagai manusia dapat dilihat dari bagaimana
orang itu dapat menghargai dirinya sendiri dan waktu.
Menghargai diri
sendiri dan waktu yang dimaksud adalah ketika kita bisa tepat waktu dalam
berbagai hal, maka orang lain akan menghargai kinerja kita dengan berbagai
penghargaan. Dengan tepat waktu diri kita akan terlatih menjadi individu yang
professional, kreatif, cepat, terampil, ulet, dan lain sebagainya.
Memang pada
umumnya banyak yang beranggapan orang-orang yang disiplin, ibarat orang yang
sok sibuk, sok penting, sok tepat waktu, dan sok-sok yang lain juga. Terlambat
sudah menjadi sesuatu yang biasa terjadi, tanpa ada perbaikan secara personal
untuk sekedarnya dapat tepat waktu di kemudian hari. Jikalau semua Indonesia
dapat menerapkan tepat waktu, maka kata “Menunggu dan terlambat” akan jarang terdengar ditelinga kita. Dan mungkin saja kata “MAAF”
pun hanya berlaku untuk menunjukkan rasa bersalah lainnya bukan karena
terlambat.
Skripsi ibarat sebuah boomerang bagi setiap mahasiswa yang
sedang menempuhnya. Contohnya aku ini, karena takut ini, takut itulah membuat
hingga detik ini bisa dikatakan hanya bisa DIAM TANPA KATA *D’Massive kale!!!*, hihihihi
Bagaimana tidak? 3 kali mengajukan judul, tiga-tiganya
ditolak. Awalnya aku merasa sangat down, lemah, bodoh dan memalukan. Tapi
Alhamdulillah aku berfikir, memang judul-judul yang aku ajukan terkesan hanya
sekedarnya saja, dan aku percaya apa yang telah diputuskan oleh DOsen-dosen
pembimbingku adalah yang terbaik bagiku nantinya.
Hingga kurun waktu 3 bulan aku hanya berkecimpung mencari,
dan memilih-memilah judul di tumpukan jerami ketidakberdayaanku itu. Tapi
seiring berjalannya waktu aku kembali menata tetesan-tetesan semangat dan asa
yang telah lama bobrok karena perasaan buruk tadi. Dan yang pasti kini aku
ingin memperbaiki semuanya.
Aku teringat kata-kata salah satu dosen pembimbingku dalam
sebuah pertemuan salah satu organisasi yang aku ikuti yang intinya adalah jangan
pernah menghina apa yang ada di diri kita. Ibaratnya, kita tidak boleh
menganggap kita lemah, bodoh, jelek atau apapun itu yang bersifat negative
tentang kita. Karena setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
Selanjutnya, Meski nyatanya aku tak bisa lulus tepat waktu
tapi aku masih bisa lulus pada waktu yang tepat, kata Ditalia teman
seangkatanku yang telah menyandang Sarjana IKom terlebih dahulu. Tapi bagiku
kata-kata itu dapat aku pahami dari berbagai sisi, yakni positif dan negative.
Positifnya aku tak perlu rendah diri karena tak bisa tepat waktu lulus, tetapi
negatifnya jika aku menyerap mentah-mentah kata-kata itu justru aku akan
kembali menunda-nunda melakukan skripsiku karena menunggu waktu yang tepat
untuk lulus. Alhamdulillah, aku masih
dapat berfikir jernih, bahwa waktu yang tepat itu adalah setiap waktu yang kita
lewati. Entah itu detik ini, esok ataupun kapanpun. Yang pasti aku melakukan
skripsi dengan enjoy dan fun.
Kali ini aku menyadari selama kuliah, tepat waktu dan
disiplin sangat sulit aku jalani. Jika dulu aku berangkat sekolah satu jam
sebelum aktivitas belajar mengajar dimulai, maka di saat kuliah 15 menit
sebelum perkuliahan dimulai, meski terkadang terlambat. Selain itu, bangun pagi
dulu adalah kaharusan, maka ketika kuliah adalah kondisional. Jika kuliahnya
pagi, ya bangun pagi jika siang maka bangunnya siang pula, dan jika sore, maka ?
pikirin aja sendiri.
Hem, mungkin itu saja yang bisa aku tulis mengenai tepat
waktu dan disiplin. Tetapi jangan ambil negatifnya ya, tapi positifnya. Lakukan
yang terbaik untuk mendapat hasil yang terbaik pula.
Hingga tulisan ini diturunkan penulis juga sedang menerapkan
hidup tepat waktu dan disiplin. Dan jika berjumpa dan penulis melakukan
keterlambatan serta tidak disiplin maka hal itu dilakukan bukan atas dasar niat
belaka akan tetapi ketidaksengajaan. Penulis berharap tulisan diatas dapat
membawa berbagai manfaat bagi pembaca. AMien…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar